Bicara tentang perasaan
manusia, tentu akan menyinggung juga soal ranah psikologi dan seluruh tetek
bengeknya, yang mana sangat kompleks dan nggak bisa selesai hanya dengan
obrolan beberapa jam di warung kopi. Tapi untuk menyederhanakannya, kita bisa
mengelompokkan 5 perasaan atau emosi manusia seperti yang ada di film animasi
garapan Pixar berjudul Inside Out; senang, sedih, marah, takut, dan jijik.
Namun ternyata ada juga
satu jenis emosi yang sudah sejak lama jadi perhatian peneliti, namanya yaitu schadenfreude.
Diambil dari Bahasa Jerman, istilah itu dipakai untuk menyebut perasaan senang
ketika melihat orang lain kesusahan, entah saat karirnya jatuh, tersandung
batu, atau ketika kalah dalam kompetisi. Biasanya perasaan itu dimiliki
karakter antagonis di sebuah film atau sinetron.
Perlakuan jahat ibu
tiri yang sering kita lihat di sinetron-sinetron ternyata ada istilah
sains-nya: schadenfreude. Lebih spesifik lagi, istilah itu merujuk ke perasaan
senang di atas penderitaan orang lain.
Schadenfreude, dalam
Bahasa Jerman artinya “sakit bahagia”. Kalau kalian pernah merasakan hal begitu
senang melihat teman atau saudara mu kesusahan, artinya emosimu sedang
schadenfreude. Para ilmuwan butuh waktu lama untuk dapat mempelajari emosi ini
karena ia bisa muncul di berbagai situasi. Belum lagi adanya sebuah kemiripan
dengan rasa iri dan dengki yang mungkin sudah lebih dulu familiar di telinga
kita. Jadi sampai saat ini pun sebenarnya nggak ada definisi yang bisa
disepakati bersama.
Walau mungkin saja
cukup sulit untuk dipahami secara ilmiah, tapi ada bukti kalau anak kecil
ternyata sudah bisa merasakan schadenfreude ini lo.
Dari penelitian yang
udah pernah dilakukan, terbukti kalau jenis emosi ini udah bisa dirasakan oleh
anak kecil. Pada anak-anak umur 4 tahun, mereka sudah bisa tertawa saat melihat
temannya jatuh ke lumpur. Akan lebih lucu lagi kalau sebelumnya temannya itu
sudah berbuat jahat kepadanya misalnya merusak mainannya.
Penelitian lain juga
menemukan bahwa kalau anak umur 2 tahun sudah bisa cemburu dan merasa senang
kalau melihat temannya kesulitan. Di umur 7 tahun, anak-anak akan lebih senang
saat melihat temannya kalah dalam permainan ketimbang sama-sama menang.
Setelah dengan
penelitian yang panjang itu hanya untuk berusaha memahami schadenfreude,
akhirnya para peneliti sepakat menganggap emosi ini sebagai bentuk dehumanisasi.
Mungkin hampir semua
psikolog atau peneliti di bidangnya sepakat kalau schadenfreude ini memang
termasuk emosi yang kompleks. Tapi setelah melalui berbagai pertimbangan, ahli
psikologi Scott Lilienfeld, Philippe Rochat dan beberapa kawannya memutuskan
menggolongkan schadenfreude sebagai bentuk dehumanisasi –tindakan yang
menganggap orang lain lebih rendah derajatnya dari manusia. Contoh tindakan ini
bisa dilihat pada kasus-kasus perang kemanusiaan, propaganda rasis, atau kejadian
di ruang penyiksaan.
Namun walau sudah ada
kesepakatan itu, masih butuh penelitian lebih lanjut soal emosi satu ini,
mengingat cakupannya yang begitu luas.